Dr. Dicky Budiman: Skrining Kesehatan Perlu Perencanaan Yang Rinci dan Terukur

Pinterest LinkedIn Tumblr +

RadarOnline.id, JAKARTA – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan fokus Kemenkes lima tahun ke depan yang dipesankan oleh Presiden Prabowo Subianto. Salah satunya adalah skrining kesehatan gratis.

“Nomor satu itu skrining untuk masyarakat semua siklus hidup karena yang penting kan buat Kementerian Kesehatan jaga masyarakat kita tetap sehat, bukan hanya mengobati orang sakit. Pengobatan promotif, preventif, itu jauh lebih penting dibandingkan kuratif,” jelas Budi di Gedung Kemenkes Jakarta, Senin (21/10/2024).

Terkait program unggulan bidang kesehatan ini, dilansir dari Liputan6.com, peneliti global health security Dicky Budiman memberi masukan untuk Prabowo dan Budi. Dicky menilai perlu perencanaan yang rinci dan terukur, dengan penetapan timeline dan key performance indicators (KPI) yang jelas.

Ia pun merinci rencana aksi 100 hari pertama Kemenkes terkait program skrining kesehatan gratis sebagai berikut:

*Bulan 1-2: Persiapan dan Perencanaan*

Di bulan pertama hingga kedua, maka perlu dilakukan persiapan dan perencanaan yang mencakup:

Audit Kesiapan Fasilitas Kesehatan
Pemetaan fasilitas kesehatan (Puskesmas, Klinik, RSUD) di 34 provinsi untuk menilai kesiapan mereka dalam melaksanakan skrining. Fokus pada daerah dengan prevalensi tinggi penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit menular seperti HIV/TBC. Koordinasi dengan BPJS Kesehatan untuk integrasi data dan penanganan peserta.

Pengadaan Alat Skrining
Percepatan pengadaan alat skrining dengan koordinasi Kementerian Keuangan, Kemendagri, BPK, dan KPK untuk memastikan proses pengadaan sesuai aturan dan transparan.

“Alat tes meliputi deteksi PTM (diabetes, hipertensi, kanker serviks, dan kanker payudara) serta penyakit menular (HIV/TBC),” jelas Dicky.

*Bulan 3: Implementasi di Wilayah Prioritas*

Di bulan ketiga, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yakni:

Peluncuran Skrining di Wilayah Prioritas
Mulai di 10 provinsi dengan beban PTM dan penyakit menular tinggi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Utara, Jawa Timur, dan lainnya). Layanan skrining dilaksanakan di Puskesmas dan klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Kampanye Publik Nasional
Peluncuran kampanye melalui media massa, media sosial, dan platform digital untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya deteksi dini dan partisipasi dalam program skrining.

Key Performance Indicators (KPI)

Sementara, Key Performance Indicators atau KPI-nya mencakup:

Cakupan Fasilitas: 60 persen Puskesmas di provinsi prioritas harus berpartisipasi dalam program skrining. Target ini ditetapkan berdasarkan kapasitas Puskesmas yang tersedia dan kesiapan logistik di wilayah prioritas.

Jumlah Penduduk yang Diskrining: Minimal 30 persen dari populasi berisiko tinggi (usia di atas 40 tahun dan dengan riwayat keluarga PTM) di provinsi prioritas harus menerima skrining awal. Target ini mencerminkan beban PTM dan perkiraan prevalensi penyakit di wilayah tersebut.

Cakupan Deteksi Dini: Minimal 80 persen dari kasus diabetes, hipertensi, kanker serviks, kanker payudara, dan HIV/TBC yang terdeteksi harus segera terhubung ke fasilitas layanan kesehatan untuk pengobatan lebih lanjut.

Monitoring dan Pengawasan
Sebagai upaya pengawasan, maka Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berperan dalam pengawasan realisasi anggaran, terutama terkait pengadaan alat skrining.

“Laporan periodik harus disampaikan setiap 30 hari untuk evaluasi transparansi,” terang Dicky Budiman menutup sarannya yang dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (23/10/2024) bulan lalu.

(Osran Simanjuntak)

Share.

About Author

Leave A Reply