Bijak Menkonsumsi Obat Anti Nyeri

Pinterest LinkedIn Tumblr +

_ Penulis : dr Kezya Nadya – UPT Puskesmas Ajibata _

RadarOnline.id, AJIBATA KABUPATEN TOBA – Nyeri didefinisikan sebagai perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang terkait kerusakan jaringan yang nyata/aktual maupun yang berpotensi / potensial untuk terjadinya kerusakan jaringan, nyeri bersifat subyektif dan individual.

Penderita biasanya merasakan nyeri dalam bentuk sakit kepala, sakit gigi, sakit akibat terjatuh, sakit persendian dll. Untuk mengobati nyeri, golongan obat yang digunakan adalah obat analgetika, Analgetika adalah obat yang dipergunakan untuk menghilangkan rasa sakit, demam dan nyeri ringan.

Obat analgetika banyak dijual sebagai obat bebas dan bebas terbatas yang mudah diperoleh di warung, toko obat ataupun apotik, obat analgetika mudah diperoleh tanpa resep, obat analgetika tanpa resep biasanya digunakan untuk nyeri akut (pusing, sakit gigi) dan sering juga digunakan untuk terapi tambahan pada penyakit-penyakit kronik (rematik) yang diikuti rasa nyeri.

Ada beberapa kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu golongan parasetamol, golongan salisilat contohnya aspirin/asetilsalisilat, golongan fenamat contohnya asam mefenamat, antalgin dan golongan turunan asam propionat contohnya ibuprofen, jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif.

Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Penggunaan obat untuk mengurangi nyeri harus dilakukan secara bijak artinya kandungan obat perlu diketahui zat aktif yang terkandung didalamnya, kegunaan, efek samping yang ditmbulkan oleh obat, kontra indikasi, peringatan terjadinya alergi serta cara pakai yang benar.

Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respon tubuh pasien terhadap terapi.

Apa itu obat anti nyeri ?
Obat anti nyeri adalah obat untuk meredakan rasa sakit atau nyeri akibat nyeri otot, radang sendi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, asam urat, nyeri haid serta demam.
Prinsip penatalaksanaan nyeri.

Pengobatan nyeri harus dimulai dengan Analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuat.

Tujuan Penatalaksanaan Nyeri :
1. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
2. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronik yang persisten
3. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat adanya nyeri
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari

1. Terapi Non Farmakologi terdiri dari :
a.Terapi stimulasi saraf: TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) untuk nyeri akut dan kronik misal pada pembedahan,traumatik, neuropati dan lain- lain.
b. Psikologis misal relaksasi
c. Terapi Fisik
d. Hipnoterapi

2. Terapi farmakologi
Analgesik : opiat dan non opiate
Efek samping obat anti nyeri
1. Paracetamol
Kerusakan hati/ hepatotoksik (jangka waktu panjang)
2. OAINS (ibuprofen, asam mefenamat, natrium diklofenak dan lain- lain)
Kerusakan pada saluran cerna/lambung (perut perih).
lebih beresiko pada orang dengan riwayat maag/tukak lambung

Lalu bagaimana agar perut tidak perih?
1. Konsumsi obat pereda nyeri setelah makan.
2. Tidak mengkonsumsi bersamaan dengan alkohol
3. Mengkonsumsi obat pereda nyeri non steroid selektif COX-2, contoh: celecoxib, etoricoxib, dan parecoxib.

Siapakah yang lebih beresiko mengalami efek samping dari OAINS?
1. Usia 65 tahun
2. Riwayat tukak lambung, maag, penyakit hati, gangguan ginjal
3. Penggunaan dua atau lebih OAINS secara bersamaan
4. Terapi bersamaan dengan agen antiplatelet (aspirin dosis rendah), antikoagulan (warfarin), dan kortikosteroid (metilprednisolon)
5. SSRI atau Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (Sertraline, Fluoksetin)

Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan analgetika adalah kondisi pasien. Obat-obat anti nyeri dapat menyebabkan komplikasi saluran pencernaan seperti dispepsia, radang lambung, luka lambung, perdarahan lambung.

Pasien yang berisiko tinggi adalah mereka yang punya riwayat gangguan lambung, yang berusia lebih dari 60 tahun, dan mereka yang menggunakan secara bersamaan obat-obat lain seperti kortikosteroid, antikoagulan dan nikotin. Parasetamol merupakan pilihan yang paling aman untuk pasien dengan gangguan saluran cerna.

Kemudian yang membutuhkan pertimbangan untuk konsumsi obat anti nyeri antara lain pasien dengan gangguan ginjal karena dapat menyebakan gangguan keseimbangan elektrolit, kegagalan ginjal akut, gagal ginjal kronis, dan nephropati. Risiko ini lebih banyak dijumpai pada penggunaan obat non-salisilat dalam jangka lama.

Pasien dengan gangguan ginjal sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam penggunaan obat anti nyeri ini, pada pasien diabetes umumnya mempunyai toleransi terhadap nyeri yang lebih rendah dibandingkan orang normal, sehingga mereka umumnya membutuhkan obat anti nyeri lebih banyak, karena pasien diabetes umumnya juga berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal fase terminal, penggunaan obat anti nyeri harus hati-hati dan dimonitor oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Kesimpulan
Agar konsumsi obat aman dan efektif sebaiknya menggunakan obat sesuai dengan indikasi, dosis dan cara yang tertera pada petunjuk penggunaan dan disarankan untuk terlebih dahulu datang ke fasilitas Kesehatan terdekat dan berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan obat anti nyeri dengan bijak . Penggunaan obat sesuai dengan petunjuk akan menghindarkan pasien dari risiko terjadinya efek samping dan pasien akan memperoleh khasiat obat.

Daftar Pustaka
 KepMenKes RI Nomor HK.01.07/MENKES/481/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Nyeri. 2019: 14
(H. SIRAIT)

Share.

About Author

Leave A Reply