Nuroji Pertanyakan “Feedback Gong Si Bolong”

Pinterest LinkedIn Tumblr +

RadarOnline.id, KOTA DEPOK, JAWA BARAT –– Setelah ditetapkannya alat seni pertunjukan asal Depok, Gong Si Bolong, sebagai salah satu warisan Budaya Indonesia, oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada tanggal 26 – 30 Oktober 2021.

“Jadi menurut cetita, alat seni pertunjukan asal Depok tersebut, Gong Si Bolong pertama kali ditemukan pada tahun 1750, di areal tegalan yang tidak jauh dari air terjun kecil di kawasan Tanah Baru. Bahkan, saat itu penemuan gong tersebut terjadi pada malam hari dan diawali dengan suara gong hingga ditemukan secara lengkap dengan seperangkat gamelannya.

“Adapun alat musik yang dipakai dalam pertunjukan Gong Si Bolong adalah satu set gendang, dua set saron, satu set keromong, satu set kedemung, satu set kenong, satu terompet, satu set gong, rebab, dan gambang,” ucap anggota DPR RI, H. Nuroji, yang juga budayawan asli Kota Depok.

Ia menceritakan, bahwa dari keberasilan serta kebanggaan Kota Depok, mendapat gelar tersebut. Namun, ada kisah yang tidak mengenakan dibalik capaian yang jadi kebanggan itu. Yakni, pengalaman tersebut dirasakan langsung oleh almarhum Buang Jayadi, atau sapaan akrabnya Kong Buang, yang menjadi pewaris benda tersebut. Artinya, beliau ketika masih hidup dan dipercaya untuk melestarikan budaya dari Kecamatan Beji Depok itu, ternyata Kong Buang beberapa kali telah dikecewakan oleh Pemerintah Kota Depok.

“Benar, karena saya memang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan almarhum, yang juga sama-sama warga Beji. Nah cerita tentang perhatian itu (Gong Si Bolong), jujur saja demi Allah Kong Buang itu sangat sering beberapa kali curhat tentang perhatian dinas, sangat kurang, bahkan sangat tidak proporsionallah.

“Hal itu, karena penghargan Gong Si Bolong ada Idris-nya, saya jadi serba salah. Saya bilang, saya bangga tuh lihat Idris mejeng di penghargaan Gong Si Bolong pakai baju pangsi), artinya bangga dengan baju budaya, begitu dong,” pungkas Nuroji.

Ia juga miris, saat pewaris Gong Si Bolong itu nangis. Sebab, pernah suatu hari, Kong Buang menemui dirinya dengan wajah melas. Beliau mengaku merasa tak dihargai oleh pemerintah daerah, dalam hal ini Pemkot Depok.

“Jadi, saya penasaran dan tanya kenapa kong? Iya Ji gua abis main di dinas, abis diundang di dinas, masa gua dibayar Rp 450 ribu. Saya bilang, ah yang bener kong? Iya, buat bayar pick up aja udah habis Rp 400 ribu, terus gua bayar panjak (personil) gimana inih?,” tutur Nuroji, menirukan almarhum (Kong Buang).

“Namun, yang jelas saya tidak akan tinggal diam. Saya punya rasa tanggungjawab moral. Ini benar-benar keterlaluan, saya jadi marah, masa pemda nyuruh main ngundang tapi dibayar cuma Rp 450 ribu, demi Allah, ini cerita Kong Buang ke saya,” papar Nuroji.

Ia mengingatkan, bahwa kalau saya minimal ngasih Rp 6-7 jutalah, kalau ngundang dia. Saya pribadi aja mau, masa pemda yang punya anggaran segitu Rp 450 ribu. Organ tunggal aja kaga mau segitu (Rp 450 ribu), coba (sambil nunjuk otak) dimana itu, saya waktu itu sangat emosional.

“Jadi, setidaknya ada harga yang pantaslah untuk sekelas seniman senior sekaligus sesepuh pewaris budaya tersebut. Artinya, saat itu Kong Buang merasa sedih. “Gila, menghargai seniman senior dan dia pewaris budaya, ya mau nangislah aki-aki ini kan. Itu kejadian kalau nggak salah tahun 2016 atau 2017 an, saya agak lupa,” imbuh Nuroji.

Ia menambahkan, bahwa pengalaman tersebut bukan itu saja, menyedihkannya lagi adalah saat Kong Buang dan sanggarnya diundang oleh Kesbangpol untuk mengisi acara di Cimanggis. Waktu itu, bertemakan Kampung Pembauran.

“Kemudian, Gong Si Bolog setelah main pulangnya ke saya lagi. Bahkan, Kong Buang curhat lagi ke saya, dan bilang, Ji saya yang bayar siapa? Nih gimana sih, Kesbangpolnya belum bayar, ya akhirnya saya lagilah (yang bayarin). Saya prinsipnya nih orangtua. Jadi perhatiannya sangat-sangat mengecewakanlah,” pungkas Nuroji.

Bukan itu saja, papar Nuroji, kembali dirasakan oleh Kong Buang ketika diminta untuk mengisi acara dalam festival budaya pada perayaan ulang tahun Kota Depok. “Nah kita dari Beji siapkan dah Gong Si Bolong, saya sewain truk, kan nggak mungkin dipanggul, berat. Eh udah saya sewain truk, camat bilang nggak jadi, nggak tahu, nggak boleh tampil katanya,” tutur politisi Gerindra itu.

MAULANA SAID

Share.

About Author

Leave A Reply